Setengah jam berlalu cairan infus telah habis suster melepas jarumnya dan membiarkanku pulang, aku sengaja tak mengatur janji dengan dokter Lucia. berfikir seribu kali lagi untuk mendapatkan uang agar aku bisa menjalani terapi selanjutnya. Pak Heri dan Tia masih setia menungguku tepat jam satu malam kami kembali kerumah di bilangan Depok.Sepanjang perjalanan aku terdiam menahan airmata yang memaksa untuk jatuh sesekali melirik Tia yang sudah terlihat sangat mengantuk duduk di belakang dan aku tahu dia takkan banyak bicara jika melihatku diam begini.
Malam ini aku ingin tidur dengan tenang berharap aku menemukan keajaiban yang besar yang akan menyatakan bahwa aku tak pernah terserang penyakit apapun. aku ingin bebas meski hanya sekedar mimpi.Semua kubicarakan dengan bosku mungkin ia akan membiarkanku beristirahat dirumah namun jawabannya di luar dugaan. “Lanjutkan pengobatan yang kamu butuhkan. Saya bantu biayanya yang penting kamu sehat kembali.” Katanya dari sambungan telephon. Seketika hatiku menjadi tenang dan lega inilah sebagian kecil keajaiban yang aku harapkan dan Tuhan sudah mulai mengabulkan doaku.